Muhammad Nauval, mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis di Binus University Jakarta, menjadi sosok inspiratif yang berhasil membawa angin segar bagi kampung halamannya, Sigli, yang terletak di Kabupaten Pidie, Aceh. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi transportasi di kota-kota besar, Nauval menyadari ada satu hal yang sangat mencolok ketika ia kembali ke kampung: tidak adanya layanan transportasi online berbasis aplikasi yang dapat diakses masyarakat dengan mudah dan aman. Dari keresahan itulah, lahirlah sebuah ide besar yang kemudian diwujudkan menjadi Pidie Ride layanan ojek online pertama yang muncul di Pidie, bahkan bisa jadi di seluruh wilayah Aceh.
Awalnya, ide ini tidak langsung mengarah pada pembuatan aplikasi digital. Nauval hanya ingin menciptakan solusi sederhana yang bisa membantu aktivitas masyarakat sehari-hari, terutama dalam hal mobilitas. Dengan semangat yang besar namun sumber daya terbatas, ia memilih untuk memulai dari yang paling memungkinkan: menggunakan layanan pesan instan WhatsApp sebagai platform awal operasional. Pada Mei 2025, Pidie Ride resmi diluncurkan secara sederhana. Hanya dengan promosi dari mulut ke mulut dan media sosial lokal, sambutan masyarakat ternyata di luar dugaan. Dalam hitungan hari, sepuluh pengemudi pertama yang direkrut mulai menerima pesanan secara rutin, dan mereka mampu menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan dari sistem sederhana tersebut.
Dari situ, semangat Nauval untuk membawa Pidie Ride ke level yang lebih tinggi semakin membara. Dukungan datang dari berbagai pihak keluarga yang selalu menyemangati, teman-teman yang ikut membantu promosi, serta Pemerintah Kabupaten Pidie yang melihat potensi besar dari inisiatif ini. Dengan keyakinan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap layanan transportasi yang cepat, murah, dan mudah diakses akan terus meningkat, Nauval memutuskan untuk mulai mengembangkan Pidie Ride menjadi aplikasi mobile yang profesional. Proses pengembangan aplikasi kini sedang berlangsung dengan target peluncuran resmi pada Agustus 2025.
Dalam sebuah wawancara singkat, Nauval menyampaikan motivasi terdalamnya, “Awalnya saya hanya ingin membantu warga sekitar agar lebih mudah beraktivitas. Tapi setelah melihat respon yang begitu positif dari masyarakat, saya sadar ini harus lebih dari sekadar inisiatif pribadi. Ini bisa jadi alat perubahan besar bagi Aceh, khususnya Pidie.”
Kini, Pidie Ride bukan lagi hanya tentang transportasi. Lebih dari itu, ini adalah gerakan yang memberdayakan. Lebih dari 100 orang telah mendaftar untuk bergabung sebagai pengemudi. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 pengemudi sudah aktif beroperasi setiap hari, melayani warga Sigli dan sekitarnya. Yang menarik, Nauval tidak hanya membuka peluang bagi anak-anak muda, tapi juga secara aktif mengajak para pengemudi ojek pangkalan yang sering disebut “RBT” untuk ikut bergabung dan beradaptasi dengan era digital. Ia tidak ingin menciptakan persaingan baru, tetapi sinergi yang menguntungkan semua pihak.
Pidie Ride kini menjadi simbol semangat kolaborasi dan inovasi dari pemuda daerah. Sebuah bukti bahwa teknologi tidak hanya lahir dari pusat-pusat kota besar, tapi juga bisa tumbuh dari pinggiran dengan semangat yang sama kuatnya. Nauval percaya bahwa dengan niat baik, kerja keras, dan dukungan komunitas, mimpi besar bisa dirintis dari tanah sendiri.
“Kalau bisa, saya ingin Pidie Ride tidak hanya berhenti di Pidie. Saya ingin aplikasi ini bisa berkembang dan digunakan di seluruh Indonesia. Kita bawa nama Pidie ke kancah nasional. Kita tunjukkan bahwa pemuda dari daerah juga mampu bersaing, berinovasi, dan menciptakan solusi digital yang berdampak besar,” tutup Nauval penuh semangat.
Dengan tekad kuat dan visi jangka panjang, langkah yang ditempuh Nauval bukan hanya mengubah wajah transportasi lokal, tapi juga membuka jalan baru bagi wirausaha muda daerah untuk bermimpi besar dan bergerak nyata.