Mengenal Maidaturrahman: Hidangan tuhan dari Langit Mesir

banner 120x600

Oleh:Taufiqurrahmansamsulqamal*

Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh keagungan dan keberkahan. Di bulan ini, Allah melipatgandakan pahala atas setiap amal ibadah yang dilakukan, bahkan hanya Allah yang mengetahui seberapa besar ganjarannya. Mungkin inilah yang menjadikan Ramadhan begitu istimewa.

Setiap daerah memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci ini. Di Aceh, misalnya, ada tradisi woet ie bu (memasak bubur kanji) yang dilakukan hampir di setiap meunasah di kampung-kampung. Hal serupa juga ditemukan di Mesir, di mana masyarakatnya memiliki tradisi Maidaturrahman. Istilah ini berasal dari bahasa Arab, di mana maidah berarti hidangan, sementara ar-Rahman adalah salah satu asma Allah yang bermakna Yang maha pengasih. Jadi Maidaturrahman dapat diartikan sebagai hidangan makanan dari Allah yang maha pengasih.

Maidaturrahman adalah hidangan berbuka yang dipersiapkan oleh orang Mesir bagi siapapun yang melintasi tempat mereka. Hidangan ini tidak dikhususkan untuk orang Mesir saja, tapi untuk semua orang dari berbagai belahan dunia akan disediakan.

Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan atas, tetapi juga oleh masyarakat menengah, yang bahkan rela menabung sepanjang tahun demi bisa menyelenggarakan Maidaturrahman.

Di hampir seluruh kota di Mesir, terutama di Kairo, meja-meja panjang didirikan di berbagai lokasi seperti jalan-jalan, masjid, garasi mobil, dan tempat umum. Tradisi berbuka puasa gratis tersebar luas di seluruh negeri, diselenggarakan oleh pemerintah, Al-Azhar, pengurus masjid, perusahaan, hingga individu. Masyarakat Mesir seolah berlomba-lomba untuk menyediakan hidangan berbuka sebanyak mungkin.

Menu yang disediakan pun sangat lengkap dan beragam, mulai dari takjil hingga hidangan utama berupa nasi khas Arab, yang disajikan dengan pilihan lauk seperti daging sapi, kambing, ayam, dan ikan. Tersedia juga berbagai jenis minuman, dan yang paling utama adalah Isy (roti khas Mesir). Selain makanan, warga Mesir kadang-kadang juga memberikan uang dan sembako kepada para pelintas di sekitar mereka.

Motivasi para penyelenggara maidaturrahman tak terlepas dari rujukan hadis, “Barang siapa yang memberikan makanan untuk orang berbuka puasa maka baginya pahala semisal orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang diberinya berbuka itu sedikitpun.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Munculnya tradisi Maidaturrahman ini sangat erat kaitannya dengan penaklukan Mesir dahulunya oleh tentara islam. Menurut ulama dan pakar sejarah Mesir Muhammad Abduh, yang pertama kali mengadakan Maidaturrahman, yaitu pendiri dinasti thuluniyah bernama ahmad bin thulun. Penyelenggaraan maidaturrahman sebagai upaya persuasif pemerintah kepada warga Mesir saat itu untuk menerima islam.

Amalan mulia ini patut dijadikan teladan, terutama saat dilakukan di bulan Ramadhan yang sarat dengan keberkahan dan keutamaan. Semoga Allah senantiasa menjaga bumi Mesir dan masyarakatnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *