Menu

Mode Gelap
SOSIALISASI KEGIATAN PEKARANGAN PANGAN BERGIZI (P2B) TAHUN 2025 DIKANTOR BPP PERTANIAN DI DESA LEUPU KEC. GEUMPANG KAB. PIDIE GaneOpTic ITB Kenalkan Inovasi Daur Ulang Plastik di Desa Pulau Balai Ketua FDM Pidie di Panggung Nasional: Tgk. Abdul Aziz Meriahkan HUT RI ke-80 di Istana Mahasiswa KKN 24 Ikut Serta Jalan Sehat Bersama Aparatur Desa Padang Sakti Meriahkan HUT RI ke-80 Dies Natalis ke-56 Universitas Malikussaleh Diwarnai Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Gratis dan Donor Darah SOSIALISASI DAN EDUKASI KESEHATAN DOKTER CILIK TENTANG PERILAKU CUCI TANGAN DAN SIKAT GIGI YANG BENAR OLEH YONIF TP-857/GG BERSINERGI DENGAN PUSKESMAS MANE KEPADA SISWA DAN SISWI SDN SIMPANG TURUE DS. TURUE CUT KEC. MANE KAB. PIDIE

Aceh

Aceh Berseru Lewat Ingatan, Bukan Senjata Lagi

badge-check

Muhammad Furqan Ketua umum lembaga pers mahasiswa hukum Unimal) (dok/M. Furqan)

Aceh kembali bersuara. Bukan lewat senjata, tapi lewat ingatan panjang, kesadaran sejarah, dan luka lama yang belum juga sembuh. Di tengah sorotan publik nasional, kekecewaan rakyat Aceh kembali mencuat—bukan karena hal baru, tapi karena sejarah yang terus diabaikan. Sebuah keputusan sepihak soal status pulau yang sebelumnya menjadi bagian dari Aceh seolah menghapus eksistensi sejarah dan hak yang diwariskan turun-temurun.

Aceh merasa ditinggalkan. Dihilangkan dari peta narasi bangsa yang katanya satu, tapi kerap menutup telinga pada suara dari daerah. Ini bukan sekadar garis batas di atas kertas ini tentang martabat, tentang sejarah, dan tentang tanah yang telah lama menjadi bagian dari jantung identitas Aceh.

Namun rakyat Aceh tidak tinggal diam. Dari lorong-lorong kampung hingga ruang-ruang diskusi di kampus, semangat perlawanan tumbuh. Bukan dengan kemarahan yang membakar, tapi dengan tekad yang bernas. Ini adalah perjuangan untuk menegaskan kembali bahwa apa yang menjadi milik Aceh, tidak bisa diambil begitu saja. Tidak bisa diganti dengan keputusan birokrasi yang kering dari rasa.

Kini, suara-suara muda tampil ke depan. Intelektual muda Aceh tidak hanya datang membawa data dan argumen, tapi juga membawa hati dan nurani. Mereka hadir sebagai penyambung harapan, pewaris semangat perjuangan yang memilih jalan damai, jalan terarah, dan jalan penuh cinta terhadap tanah kelahiran.

Karena Aceh telah belajar: bahwa perjuangan tak selalu harus keras. Ia bisa hadir dalam bentuk paling beradab—melalui tulisan, orasi, gerakan kolektif, dan kesadaran sejarah yang tajam.

Republik ini mungkin satu, tapi Aceh punya jati diri yang tidak bisa dihapus begitu saja. Seperti pepatah lama: bambu tak akan tumbuh jauh dari rumpunnya. Maka, apa yang pernah menjadi bagian dari Aceh, akan selalu kembali pada Aceh.

Pulau itu milik Aceh. Dan akan selalu menjadi milik Aceh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

SOSIALISASI KEGIATAN PEKARANGAN PANGAN BERGIZI (P2B) TAHUN 2025 DIKANTOR BPP PERTANIAN DI DESA LEUPU KEC. GEUMPANG KAB. PIDIE

20 Agustus 2025 - 12:44 WIB

SOSIALISASI DAN EDUKASI KESEHATAN DOKTER CILIK TENTANG PERILAKU CUCI TANGAN DAN SIKAT GIGI YANG BENAR OLEH YONIF TP-857/GG BERSINERGI DENGAN PUSKESMAS MANE KEPADA SISWA DAN SISWI SDN SIMPANG TURUE DS. TURUE CUT KEC. MANE KAB. PIDIE

15 Agustus 2025 - 10:09 WIB

PEMBUKAAN LAHAN KOSONG DAN PENGELOLAAN LAHAN TIDUR DI LINGKUNGAN MAYONIF TP-857/GG.

12 Agustus 2025 - 13:16 WIB

Sinergi Personel Kompi Zeni Yonif TP-857/GG dengan masyarakat dalam pelatihan pengenalan dan cara mengoperasionalkan alat berat Exavator.

5 Agustus 2025 - 09:36 WIB

PEMASANGAN BENDERA DAN UMBUL-UMBUL MERAH PUTIH DI MAKO BATALYON INFANTRI TP 857/GG DALAM RANGKA MENYAMBUT HUT RI KE-80 TAHUN 2025.

4 Agustus 2025 - 12:21 WIB

Trending di Aceh